Tahun 2007 adalah mudik kedua yang saya alami. Setelah mengalami kenangan kurang meng-enak-kan di mudik pertama saya, kali ini saya lebih waspada.
Untuk mudik kali ini saya bisa sedikit mendokumentasikan kondisi asli. Karena alhamdulillah sudah punya ponsel yang ada kameranya.
Masih menggunakan merk yang sama, tahun ini saya menggunakan Siemens S65. Walapun HP jadul namun setidaknya sudah ada fitur kamera digital.
Jika pada mudik tahun sebelumnya, saya pulang sore sehabis pulang kerja, kali ini saya pulang sehabis Subuh. Oh iya menurut data foto, waktu itu tanggal 10 Oktober 2007.
Berangkatlah saya dari Buncit menuju Terminal Lebakbulus kurang lebih pukul 05:00. Menggunakan Kopaja P20, yang ternyata di dalamnya sudah banyak penumpang dengan membawa tas besar dan barang bawaan. Wah pemudik juga rupanya.
Sampai di Terminal ternyata sudah ramai. Saya segera menuju loket bus Gapuraning Rahayu. Dan ternyata semua busnya sudah berjalan. Seperti biasa, ditawarkan ke bus pengganti. Waduh sama saja nih, pikir saya. Namun ternyata bus penggantinya bagus dan ber AC, walaupun cuma sampai Wangon, 25 km sebelum tujuan saya, kota Cilacap. Mengingat kejadian tahun lalu, saya pun mencatat nama bus dan nomor polisinya.
Tanpa pikir panjang saya terima opsi itu. Di bus ini saya mendapatkan tempat duduk di belakang sopir. Lumayanlah jadi bisa tahu jalan. Namun karena dulu nafsu ngeblog belum besar, jadi tidak sempat mengabadikan apa-apa yang ditemui di jalan.
Mudik tahun 2007 ini JORR dari Kampung Rambutan ke timur sampai Cikunir sudah dibuka. Jadi sangat menyingkat waktu. Perjalanan lancar, tidak mengalami macet. Di Nagreg yang terkenal dengan macetnya pun lancar.
Yang agak lambat justru setelahnya, seperti di Limbangan dan Ciawi, kendaraan padat merayap sampai panjang (karena jalan berkelok jadi terlihat kendaraan yang ada di depan). Penyebabnya cuma sederhana, yaitu dokar yang ada di pasar-pasar tradisional.
Akhirnya jam 17:00 saya sampai di Wangon dan melanjutkan perjalanan dengan bus kecil. Jam 17:00 adalah bus terakhir yang jalan ke Cilacap. Jika terlewat, berarti kita harus naik ojek dengan tarif 50 ribu.
Mudik tahun 2007 ini tidak ada sesuatu yang dramatis dan cerita yang luar biasa. Nah! Justru itulah yang diharapkan semua orang. Agar perjalanan lancar tanpa ada gangguan.
Pengalaman pahit di tahun 2006 membuat saya menyiapkan segala sesuatunya lebih baik. Seperti inilah hikmah dari suatu musibah, membuat kita lebih siap.
Setelah tahun 2007 ini saya tidak berada di Jakarta, jadi tidak ada cerita mudik 2008 dan 2009. Justru tahun 2010 saya merasakan mudik ketiga saya.
jadi pengen mudik
SukaSuka
Hmmm…2006 berarti masih di “mampang” ya kang? terus th 2007 pindah ke “buncit” lalu th 2008 boyongan ke “semarang” eh 2010 mbalik maning ke “jakarta”, hikmah-nya bisa ketemu blogger terkenal sambil njajal NMP yg PERTAMAX xixixixi
Kalo aku baru 2 kota saja (semoga berikutnya langsung ke JATIM) 🙂 , 2003-2007 di bandung…2008-sekarang boyongan ke BMS 🙂
SukaSuka
SukaSuka
❓ ehemm… siemens s65 ya pakdhe? itu kamera terbagus di eranya yak??? saat itu nokia ada di n3200… resolusinya gede, gambarnya jelas… 2-3 tahun selanjutnya hp berkamera sudah umum… dulu s65 dipuja-puja…
jadi inget, di kampus dulu hp berkamera macam s65 dan n3200 cuma 2 orang yang punya…
➡ mmm kalo sekarang, mudiknya mabur pakdhe???
SukaSuka
SukaSuka
oww…brarti dulu habis dari mampang langsung ke semarang ya kang? tak kirain sempet di “pusat”nya dulu 🙄
SukaSuka
SukaSuka
tetep nggak pernah ngerasakan mudik! 😥
SukaSuka
SukaSuka
mas kur njenengan di buncit sebelah mana deket aku je aku ps minggu, eh ngga nanya ding ya
isin aku
SukaSuka
SukaSuka
aku nek mudik bis sumber alam lan ramayana
SukaSuka
Wedew mantap ceritanya mas….
SukaSuka
bagi huawei ideos nya om..wkwkww
SukaSuka
Ping balik: Cerita Mudikku 3 « Learning To Life
Telat macane
SukaSuka