Kampung laut, itu kan restoran seafood? Itu kalo di Semarang. Kalo di Cilacap lain lagi, ini benar-benar kampung (baca : pemukiman) yang bersinggungan langsung dengan laut. Bahkan merupakan suatu wilayah kecamatan tersendiri yang berada di sekitar Segara Anakan.
Kamis kemarin akhirnya, tanpa rencana saya bisa mengunjunginya. Karena menggantikan person in charge wilayah tersebut karena sedang menjalankan tugas lain.
Perjalanan dimulai dari pelabuhan Seleko, yang ini posisinya dari alun-alun Cilacap ke barat terus sampai mentok. Ternyata penyeberangan ke kampung laut ramai juga. Saya lihat ada beberapa motor yang diangkut. Perahu satunya bahkan membawa rombongan ébég (kuda lumping Banyumasan) lengkap.
Saya cuma naik perahu kecil yang sudah dibooking penuh untuk antar jemput menuju lokasi.
Perjalanan dimulai, masuk ke selat antara Pulau Nusakambangan dengan Pulau Jawa ombaknya cukup membuat kapal bergerak naik turun dan air laut kadang menyiprat mambasahi celana.
Setelah berada di sebelah Lapas Batu air mulai tenang dan permukaanya datar. Lebar selat juga mulai meyempit, dengan kanan kiri terdapat pohon Bakau dan Nipah. Kondisi seperti ini mengingatkan saya akan perjalanan dari Tarakan ke Tanjungselor, Kaltim, tahun 2003.
Di tengah perjalanan banyak ditemui nelayan yang sedang mengangkat jaringnya.
Juga aktivitas lain seperti pengangkutan kayu dari lahan di Nusakambangan. Di Nusakambangan memang terdapat lahan yang ditanami warga, misalnya dengan kayu Albasia juga bermacam tanaman lain.
Pertama-tama kita akan ketemu pemukiman di desa Ujungalang. Tampak rumah penduduk cukup banyak memanjang di utara selat. Desa ini sebnarnya meupakan pulau karena dikelilingi laut/sungai kecil dan tidak memyambung ke daratan lain. Barangkali dulunya terbentuk dari endapan sungai atau delta.
Kemudian beberapa lama kemudian kita bertemu desa Klaces yang menempel pada pulau Nusakambangan (sebelah selatan selat). Di Klaces ini terdapat kantor Kecamatan Kampung Laut dan juga fasilitas lain seperti Puskesmas.
Setelah Klaces kemudian kita betemu dengan desa Ujung Gagak, yang merupakan tujuan yang saya datangi. Desa yang satu ini sebenarnya daratan, karena ada jalur darat ke jalur Sidareja – Cilacap, namun karena kondisi jalur cukup berat, banyak yang lebih memilih jalur laut. Kondisi di sini juga lebih menunjukkan kultur masyarakat pulau. Desa ini bersinggungan langsung dengan Segara Anakan.
Screenshot dari Latitude ketika saya di sana.
Demikian kisah saya ke Kampung Laut yang lumayan eksotis. Sesuatu yang menarik dan lokasinya berada tidak jauh dari tempat tinggal. Banyak sekali yang belum terekspos bahkan dari sekitar kita, tidak usah jauh-jauh keluar pulau. Ini juga sudah di luar pulau hehehe…
rame ya..
SukaSuka
Insya Allah tahun depan main ke omahmu ah. (pas lebaran)
SukaSuka
Sepertinya seru
SukaSuka
sip ajib,..pernah sekali ke sana waktu ada proyek di Purwokwerto 😀
SukaSuka
ah masa?
SukaSuka
ah iya…
SukaSuka
Ditunggu oleh olehnya 🙂
SukaSuka
asik kapan mampir ya
SukaSuka
ngeneh dolan
SukaSuka
Wah asyik juga yo, ……….. sambil menyelam minum air laut kidul. Kang Masykur, …… masih ada lanjutannya ya, …. yi bagaimana kehidupan di sana, tempat tinggalnya, bahasanya, pergaulannya, ibadahnya, ………….. shalatnya, …… dls.
Nuwun
SukaSuka
tau aja…
SukaSuka
kampung laut = kampung nelayan ya kang.. 🙂
http://boerhunt.wordpress.com/2012/08/31/sorotan-buat-kai-dalam-layanan-mudik-lebaran-2012/
SukaSuka
kurang lebih begitu
SukaSuka
pengen kesana juga,,, 🙂
SukaSuka
aayyyyooooooo cari kepiting
SukaSuka
kawit mien aku pengin dolan menganah. ayuh lah di gawe rombongan
SukaSuka
ya ayuh
2012/9/6,
SukaSuka
Wah durung nate, kancaku tau manggon nang kana jere ra betah, arep nganah ngeneh bisane nganggo prau. Tesih langka listrik (mbien 2011) saiki pada bae mbok?
SukaSuka
siki listrik wis masuk
SukaSuka
Ping balik: Perjalanan Ke Kutawaru 1 | Learning To Live
SEMOGA KAMPUNGLAUT BUKAN HANYA UNTUK DIPERDAGANGKAN
SukaSuka