Motor jaman sekarang, dan pada umumnya, menggunakan shockbreaker depan berupa model teleskopis, baik yang upside-down maupun downside-up alias konvensional. Padahal di dunia ini dikenal banyak model suspensi lain, semacam : leading link, telelever, trailing, earles, springer dan bahkan forkless (seperti pada Yamaha GTS 1000).
Padahal suspensi teleskopis ini mempunyai kelemahan berupa : Brake Dive, yaitu gejala dimana bagian shockbreaker depan menjadi pendek karena transfer dari beban sepeda motor ketika melakukan pengereman. Brake Dive ini membuat kestabilan berkurang, bisa menyebabkan terjungkal ditambah lagi dengan reboundnya. Dalam bidang balap terkenal dengan kehilangan traksi.
Hal-hal yang menyebabkan model teleskopis ini dipilih:
- Mudah diatur, tinggal mau pilih rake besar atau kecil, tinggal tentukan sudut kemiringannya.
- Ringkas karena bagian-bagiannya menyatu di dalam tabung shockbreaker. Juga tidak memakan ruang terlalu banyak.
- Murah, bandingkan dengan suspensi telelvernya BMW, memang lebih nyaman namun tidak semua tipe memakainya, karena mahal.
- Awet, karena komponen-komponennya (pegas, seal, oli/gas) terbungkus rapi, sehingga lebih terjaga dari benda-benda luar semacam debu atau air.
Dari berbagai sumber
- Monoshock KTM Duke Tanpa Link, Kalah Dong Sama Kawasaki
- Monocross, Prolink Dan Unitrak
- Tak Ada Rotan Akarpun Jadi – Honda Win
- Shockbreaker Diturunkan, Setang Dinaikkan? Maksudnya Bagaimana?
- Kenapa Garpu Depan Menggunakan Teleskopis, Bukan Yang Lain
- Kenapa Shockbreaker Belakang Beda Dengan Depan
- Tips Bikin Empuk Shockbreaker Depan Skywave
- Terlalu Sadis Caramu!
- Motor 4 Shockbreaker, Tiger Bulldog 150
- Antara Monoshock Dengan Doubleshock
nyimaks
SukaSuka
nyimaks juga ….
SukaSuka
nyimakk
SukaSuka
seandainya motor bebek sekelas supra 125 pakai air suspension,pasti lebih nyaman buat turing. 😛
SukaSuka
jaman dulu ada yang pake per
SukaSuka